Sunday

Rain go away, come again another day.

So that, this may be a long way to go to post. After such hard times I've been through, di akhir minggu ini ada banyak hal yang bikin gue mikir, what's the use of being sad all the time?

Seperti yang gue bilang sebelumnya, kali ini, I know I'll be through it well. Kalau belajar dari yang udah udah, memang let it be dan move on adalah pilihan yang paling mungkin untuk dilakukan. Bukan, bukan, ini bukan soal perasaan atau cinta-cintaan, tapi lebih dari itu, ini soal kepercayaan dan... persahabatan. Duh berat sebenernya buat gue, ibarat pribahasa: karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Tapi, as long as kita masih punya banyak belanga susu yang belum rusak, life doesn't stop for anybody, kan?

Kemarin, one of my best friends arrived from Jogja. Putri, or as I used to call her Jamban. Laugh-your-ass-off. She is such a greatest happiness spread-er all around us. Sepanjang malam ada aja cerita yang bikin ngakak gak ada lawan, tentang satpam asrama tempat dia tinggal lah, tentang kebiasaan-kebiasaan dia dan Muthe as roommates yang mostly ridiculous lah, etcetera etcetera. Sayang disayang, webcam sucks saudara-saudara.









See, terkadang kita sebagai manusia (biasa) terlalu fokus sama satu masalah tertentu sampai lupa bersyukur. Bersyukur atas masalah itu sendiri karena udah ngasih kita kesempatan untuk belajar demi pendewasaan diri. Bersyukur atas hal-hal dan orang-orang lain yang dikirimkan Tuhan buat kita to get it through somehow. Bersyukur atas ditutupnya pintu yang satu untuk dibukanya pintu yang lain, sebagai tamparan untuk mengingatkan who are we to know any better kan? Bersyukur sebelum terlambat, akan musim-musim yang nanti berganti lagi dengan orang-orang yang silih datang dan pergi. Whoa, I'm overwhelmed.

So that, I found back my way home, in such roads I actually had stepped in before. Vice versa, there's a little happiness to make sure the people you love are safely home too. Seperti hari ini, an old best friend already welcome me back home. Setelah pertikaian konyol masa-masa SMA yang sangat gak penting dan... memalukan lol, akhirnya kita, atau mungkin gue lebih tepatnya, bisa berdamai dengan lembaran-lembaran masa lalu itu dan memulai hubungan baik kembali. It's likely one day I wake up and all of a sudden I feel again the old feeling by being with her. Rasanya gue keterlaluan banget emang, terlebih saat tau dia masih membuka pintunya lebar-lebar buat gue. Less coffee, less cigars, more talks we did about everything we already missed out.


"We decided to grow apart, when we're apart, they have flown somewhere I didn't notice... And I'm still here, standing still." -Karina Luthfia.


How's life, Nis? Itu kalimat pertama yang dia tanya ke gue tadi pagi. I thought this would be an awkward moment mengingat berapa lama kita nggak ketemu dan berapa banyak hal yang kita lewati tanpa satu sama lain. Tapi ternyata gue salah, I can always run to her like I used to. We shared each and every feeling, each and every day passed by. She told me about her medical school; how struggle she does to survive there for being a doctor someday, about her new friends and boyfriend; how lovely they are bringing a lot of smiles in her face. Dan seperti biasa, dia selalu punya jawaban atas setiap hal yang gue pertanyakan. How relieving, I'm looking forward to catch her up again as soon as possible.

Begitulah, ada yang datang, ada yang pergi. Diantara yang pergi, mungkin sedikit yang bisa kembali. Gak ada yang perlu disesali, hanya butuh dijalani. Season's changed, people come and leave, but life is going through. And I guess this is how the story goes. Que sera sera, whatever will be, will be.

Love,
Nisa.