Monday

Minggu ini.

Halo, haven't I told you about how this term is going so far? Sayang sekali, I can't tell you what it really is. Tapi kira-kira rasanya... begitulah.

Ya, begitulah, banyak hal-hal yang sama sekali baru gue pelajari belakangan ini. Minggu pertama kuliah setelah liburan semester bisa dibilang cukup menjadi minggu yang sangat datar, yang sebenarnya cukup mengagetkan tapi gue jalanin dengan sambil lalu. Maksudnya begini, ada sesuatu yang besar yang menyudutkan pikiran gue, dan dalam kondisi normal seharusnya gue panik, gue nyari jalan keluar. Tapi sekarang, sepertinya gue udah nggak punya cukup semangat untuk mengubah keadaan ini. Ya udahlah, bener-bener ya udah.

Iya, ini soal akademis.

Menurut gue, dalam hal merencanakan mimpi, lo harus punya plan A dan plan B. Gimana kalau mimpi A nggak terwujud, masih ada mimpi B yang bisa lo perjuangkan. Salah gue, dulu harapan gue hanya bertumpu di satu tujuan, dan seberapa pun keras usaha yang udah gue lakukan, kalau Tuhan bilang nggak toh nggak bakal kejadian. Gue nggak pernah berpikir soal kegagalan karena gue ngerasa udah ngasih segala effort disana. Dan ketika mimpi itu menguap sudah, gue nggak punya plan B yang seharusnya sejak awal gue siapkan. Akhirnya ketika gue tidak berada di tempat yang gue tuju, gue sangat merasa terdampar dalam waktu yang tidak berkesudahan.

Di tempat yang baru pun, semuanya berantakan. Semakin banyak target-target yang tidak tercapai, yang juga membuktikan janji-janji manis ke bokap gue hanya omong kosong belaka. Beliau kaget, gue apa lagi. Pernah kepikiran mau gue jual itu mobil buat biaya pelarian, nyari apa yang gue mau sejauh-jauhnya dari rumah supaya nggak bikin kecewa lagi, dan ketika balik, gue udah bawa apa yang bisa disebut kebanggaan oleh orang tua terhadap anaknya.
Ha, nggak mungkin.

Kalo ditanya apa rasanya, sedih pasti jawabnya. Gue udah terlalu lama membuang waktu dibalik kamuflase proses adaptasi, dan seingat gue, gue pernah sempat berhasil. Sebulan, dua bulan, tapi ternyata nggak bertahan lama. Minggu ini akhirnya sukses menghancurkan pertahanan yang sedikit demi sedikit udah gue bangun. Gue mau kemana? Gue mau jadi apa? Gue bingung. Ada kalanya gue sadar, siapa yang selama ini gue bohongin? Siapa yang selama ini gue bodohin? Diri gue sendiri.

Keliatannya merana banget gue ya, ah lebay. Mungkin ini akumulasi dari yang kemaren-kemaren, dari semua penolakan dan penerimaan yang masih setengah hati gue jalanin. Dan di saat seperti ini barulah gue sadar, gue sangat amat butuh penguatan. Menutup diri emang bukan pilihan tepat, tapi terkadang gue terlalu sombong untuk mengakui kalau gue lagi nggak baik-baik aja. Ya, orang-orang hanya melihat apa yang ingin gue perlihatkan. Selama masih bisa senyum, kenapa harus nangis juga kan? Itu sangat menyiksa, tapi gue nggak juga menemukan cara yang lebih baik.

Klise kedengerannya, tapi kalau boleh jujur, di antara sekian banyak hal yang membuat gue berjalan terseok-seok, ternyata masih ada satu titik perhentian untuk bernafas sebentar dan mengingatkan gue bahwa nggak selamanya semua yang buruk akan menjadi buruk. Orang ini, yang dengan bodohnya gue akui, menjadi semangat gue setiap pagi untuk sekedar bangun dari tempat tidur dengan hanya mengingat kalau hari ini akan ada lagi kebodohan yang gue lakukan bersama dia. Orang yang membuat puluhan kilometer di tengah kemacetan menjadi nggak begitu terasa dengan hanya ngebayangin suaranya yang selalu bikin lagu di radio jadi rusak nggak karuan. Orang yang melampaui alam bawah sadar gue, yang tentunya juga tanpa dia sadari, menjadi satu kekuatan yang selama ini di luar batas kemampuan gue.

Kali ini nggak berlebihan, toh nggak ada yang berharap lebih jauh. Nggak lagi-lagi, selama kita masih bisa ketawa kayak hari ini, masih bisa battle game walaupun gue kalah terus; selama itu juga mungkin gue masih akan mempertimbangkan langkah apa yang harus gue ambil selanjutnya. I'm not about to give up as long as there are such worth reasons to make me stay. Di luar yang satu ini, I'm on my way to remain the others.

Anyway, akhir-akhir ini cuaca lagi labil banget ya. Kemarin panas, sekarang hujan. Tadi pagi hujan badai mengiringi gue masuk kampus. Depok berasa kayak Forks aja (?)