Sunday

High School was never been crazy like this.

Heyyo wassap?

Oke skip, sok asik banget gue. Just gonna ask how life treats you nowadays. Mine, menyedihkan. Kenapa? Kenapa kek mau tau aja. Acanda.

Both bittersweet sebenernya; ada yang bikin seneng, ada juga yang bikin sedih. Atau, seperti gue bilang di post sebelumnya, kalo semakin tinggi lo terbang akan semakin sakit kalo sampe jatuh nanti. Such as, a little happiness brings a huge sadness afterward. Begitukah? Kasian deh gue pathetic banget.

Yang bikin seneng, okay let me tell you about my own fairytale. Beberapa hari yang lalu, suatu sore di Depok. One raining Thursday evening, dimana hari itu sudah sangat menjadi hari yang buruk bagi gue. I'm done at campus sekitar abis maghrib, duduk sendirian di depan gedung dengan mirisnya. And then, he came. Temen gue, I mean it, temen gue. As I told in my previous post, apakah cuma gue yang mengartikan ada yang lebih? Gue nggak tau, yang jelas... gue ngerasa sangat nyaman setiap kali ada dia. Sepanjang jalan ke parkiran, ada aja tingkah polah dia yang konyol yang selalu sukses bikin gue ketawa ngakak. In these cases, kapanpun gue bareng-bareng sama dia, gue sangat merasa menjadi diri sendiri, entah kenapa. He drives the car then, kita pulang. And time goes faster than reality. Cerita-cerita di mobil, lagu-lagu di radio yang slowly beat, gerimis rintik-rintik di kaca yang berembun, sounds cheesy ya? Well, begitulah. Gue memang nggak mau berharap banyak soal ini, kalau pun we're meant to be friends, as long as we're happy together, kenapa nggak? You know, fairytale doesn't always have a happy ending, it always ends well. Yah galau kan. Nggak, nggak, this is not what I'm supposed to tell. Intinya, I feel so much blessed hari itu. Betapa baiknya Tuhan yang nggak pernah tega untuk ngebiarin kita sendirian di saat kita lagi jatuh sejatuh-jatuhnya jatuh. It's funny how someone could turn ur fucking bad day into the best one ever. And driving home was never been that great for me.

So then, ada juga yang bikin sedih. Sebenernya nggak ada satu kejadian yang langsung bikin gue tertohok seketika itu juga. Mungkin lebih tepatnya, ini anti-klimaks dari yang kemaren-kemaren. Ya, I talk about how much I feel I really don't belong of where I've been now. Ah, basi. Iya iya, gue tau, udah hampir 4 bulan gue ada disini dan sampe sekarang proses adaptasi gue masih stuck disitu-situ aja. Come on, it's time to grow up, kan? Ngomong emang gampang. Tapi nyatanya, gue sedih, gue sendiri. Cerita kesini salah, cerita kesana salah. Jadi, whom I should put the trust on? Belum lagi tekanan-tekanan yang dateng dari luar. Iya, terserah kalo mau bilang gue rebel, I don't give a shit. Toh bokap gue aja nggak pernah ribet kalo gue mau gak pulang sekalian. Beda tipis emang sama nggak peduli. But who really cares sekarang hah? Nobody, darling, face the truth aja. Gue nggak tau sampe berapa lama gue bisa bertahan, liat aja nanti subuh juga tangan gue udah melambai-lambai ke kamera (ya kali deh uji nyali). Well intinya, go with the flow aja. Ambil yang baik, tinggalin yang buruk. Terserah orang mau bilang apa, kalo ada omongan gak enak sekalipun, gue harus bisa ambil sikap supaya nggak terus jadi down dan meratapi nasib. Hiks. Hold on nis, badai pasti berlalu.




Oh, this is Thesa, temen gue anak komunikasi. Gue kenalan untuk yang kedua kali sama dia pas jadi panitia KOTASENI kemaren, padahal pas ospek fakultas seharian gue dimarahin di sebelah dia. HA, we remember about that dan menyadari betapa bodohnya kita yang udah pikun di umur segini. Well so far, ini kepanitiaan pertama gue di acara kampus. There will be better next time I guess. Wink.


Yak, besok gue kuliah pagi jam 8. And by the way, sekarang udah jam 12 lewat and I'm done with 2 porsi triple cheese burger plus coke. Dan, gue masih laper. See, apa jangan-jangan udah mati rasa?

Ah, perasaan high school was never been crazy like this.