ini baru kilometer 21 menuju pulang
bensinku habis, menyala-nyala di tengah kelam
suram, aku diam
Jakarta mulai tenggelam
seorang bapak paruh baya membuka tangkiku perlahan
dia bertanya, apa itu air mata?
suram, aku diam
Jakarta semakin malam
aku terisak dalam murka
mobilku merapat di sisi lampu kota
suram, aku diam
Jakarta sudah buram
disini berasap, sudah batang kelima
aku bertanya dengan mulut bungkam
mengapa Tuhan, mengapa?
aku lelah
jiwaku mati terdera, ini bukan kali pertama
aku rindu halaman rumah, aku ingin Ibu dan Ayah
aku mau bersandar, aku takut tertinggal
mengapa Kau izinkan mereka terpisah?
aku rindu lonceng sekolah, aku ingin lagi berseragam
aku mau gelak tawa, aku takut terbuang
mengapa Kau izinkan kami terpecah?
aku rindu kamis senja, aku ingin anak bunda
aku mau senyum terulas, aku takut terlupa
mengapa Kau izinkan ia terlelap?
muak, aku hina sudah
Jakarta cuma bisa terdiam