"Gue benci sama lo."
Mungkin itu kalimat yang paling susah untuk diungkapkan secara langsung. What's on your mind if anybody says that to you? I've got nothing on my mind, karena orang itu gak mungkin begitu aja dengan gampangnya ngomong kalimat itu. Pasti ada sebabnya. And I must have already expected who somebody is.
Dari dulu, gue gak pernah bisa bener-bener benci sama orang. Kalo pun ada yang bikin sakit hati, baik on purposed or not, ujung-ujungnya paling cuma bisa sedih. Dipendam gitu. In case, if I already told my best friends, berarti sakit hatinya emang bener-bener udah gak bisa disimpan sendiri. Tapi udah, gitu aja. As time goes by, gue cenderung akan melupakan kesalahan orang itu atau malah pretend kalo semuanya baik-baik aja, as nothing ever happened. Trust me, it helps a lot.
Gue pernah beberapa kali ngalamin sakit hati kelas berat kayak gitu. Penyebabnya biasanya karena dikhianati. Atau istilah kerennya: backstabbing. Gue gak mau bilang ceritanya kayak apa, karena kalo dari sudut pandang gue sendiri yang cerita mungkin kenyataannya akan merugikan pihak yang disana, atau sebaliknya, so that's I won't. Tapi, gue belajar dari sini... betapa mahalnya arti sebuah kepercayaan yang harus lo bayar ruginya kalo lo ngasih itu ke orang yang salah.
I have this once.
Begini, apa yang harus lo lakuin kalo lo ada di tengah-tengah kedua temen lo yang lagi konflik? Underlined: sebagai teman yang baik. Gue jawab, gue tetap akan di tengah. Kalo gue gak bisa memperbaiki hubungan mereka, gak usahlah gue berdiri di belakang satu pihak dan memprovokasi di belakang pihak yang lain, atau lebih parah, malah berdiri di belakang dua pihak dan saling memprovokasi keduanya. I mean, lo ngedukung A untuk ngejatuhin B, ngedukung B untuk ngejatuhin A, atau lebih parah, lo ngedukung A dan B untuk saling menjatuhkan. Bukankah jauh lebih gampang dengan hanya stay di tengah-tengah?
Gue gak nyalahin dia, atau temennya dia, karena ini juga bagian dari kesalahan gue. Tapi yang masih gue pertanyakan sampai sekarang, kenapa segampang itu ngebuang kepercayaan yang udah orang kasih buat lo? Yap, that's not my business.
And it lasts until now....... on.
Mungkin ini post ter-frontal yang pernah gue tulis. Skip it anyway. I'd rather don't know, kenapa gue gak pernah bisa berdamai dengan hal yang satu ini. Believe it or not, I ever asked this stupid question to God; "Ya Allah, benci sama satu orang seumur hidup dosa nggak sih? Cuma buat satu orang kok, aku janji seumur hidupku aku bakal sayang sama semua orang selain yang satu ini. Boleh ya, Allah?" Go on and laugh.
Pernah denger ungkapan; 'forgive is not to forget'? Kalo gitu, untuk apa memaafkan orang kalo kita gak bisa sekalian menghapus sakit hati yang pernah dia buat? Toh sama aja kan, kalo kita terus-terusan ingat sama apa yang udah dia lakuin, kita bakal sakit hati lagi, dan gak ada gunanya kata-kata maaf yang udah kita iyakan. Yah, I'd rather not forgive if I can't even forget. Apakah gue jahat? Gue juga gak tau. Tapi satu hal yang gue tau, perasaan itu sesuatu yang nggak bisa kita perintah untuk disesuaikan dengan keadaan.
love me, hate me; it's your own to see.
Mungkin itu kalimat yang paling susah untuk diungkapkan secara langsung. What's on your mind if anybody says that to you? I've got nothing on my mind, karena orang itu gak mungkin begitu aja dengan gampangnya ngomong kalimat itu. Pasti ada sebabnya. And I must have already expected who somebody is.
Dari dulu, gue gak pernah bisa bener-bener benci sama orang. Kalo pun ada yang bikin sakit hati, baik on purposed or not, ujung-ujungnya paling cuma bisa sedih. Dipendam gitu. In case, if I already told my best friends, berarti sakit hatinya emang bener-bener udah gak bisa disimpan sendiri. Tapi udah, gitu aja. As time goes by, gue cenderung akan melupakan kesalahan orang itu atau malah pretend kalo semuanya baik-baik aja, as nothing ever happened. Trust me, it helps a lot.
Gue pernah beberapa kali ngalamin sakit hati kelas berat kayak gitu. Penyebabnya biasanya karena dikhianati. Atau istilah kerennya: backstabbing. Gue gak mau bilang ceritanya kayak apa, karena kalo dari sudut pandang gue sendiri yang cerita mungkin kenyataannya akan merugikan pihak yang disana, atau sebaliknya, so that's I won't. Tapi, gue belajar dari sini... betapa mahalnya arti sebuah kepercayaan yang harus lo bayar ruginya kalo lo ngasih itu ke orang yang salah.
I have this once.
Begini, apa yang harus lo lakuin kalo lo ada di tengah-tengah kedua temen lo yang lagi konflik? Underlined: sebagai teman yang baik. Gue jawab, gue tetap akan di tengah. Kalo gue gak bisa memperbaiki hubungan mereka, gak usahlah gue berdiri di belakang satu pihak dan memprovokasi di belakang pihak yang lain, atau lebih parah, malah berdiri di belakang dua pihak dan saling memprovokasi keduanya. I mean, lo ngedukung A untuk ngejatuhin B, ngedukung B untuk ngejatuhin A, atau lebih parah, lo ngedukung A dan B untuk saling menjatuhkan. Bukankah jauh lebih gampang dengan hanya stay di tengah-tengah?
Gue gak nyalahin dia, atau temennya dia, karena ini juga bagian dari kesalahan gue. Tapi yang masih gue pertanyakan sampai sekarang, kenapa segampang itu ngebuang kepercayaan yang udah orang kasih buat lo? Yap, that's not my business.
And it lasts until now....... on.
Mungkin ini post ter-frontal yang pernah gue tulis. Skip it anyway. I'd rather don't know, kenapa gue gak pernah bisa berdamai dengan hal yang satu ini. Believe it or not, I ever asked this stupid question to God; "Ya Allah, benci sama satu orang seumur hidup dosa nggak sih? Cuma buat satu orang kok, aku janji seumur hidupku aku bakal sayang sama semua orang selain yang satu ini. Boleh ya, Allah?" Go on and laugh.
Pernah denger ungkapan; 'forgive is not to forget'? Kalo gitu, untuk apa memaafkan orang kalo kita gak bisa sekalian menghapus sakit hati yang pernah dia buat? Toh sama aja kan, kalo kita terus-terusan ingat sama apa yang udah dia lakuin, kita bakal sakit hati lagi, dan gak ada gunanya kata-kata maaf yang udah kita iyakan. Yah, I'd rather not forgive if I can't even forget. Apakah gue jahat? Gue juga gak tau. Tapi satu hal yang gue tau, perasaan itu sesuatu yang nggak bisa kita perintah untuk disesuaikan dengan keadaan.
love me, hate me; it's your own to see.